Keterlibatan diri, peran serta partisipasi merupakan bentuk
pekerjaan yang memberikan nilai tambah tersendiri bagi individu yang
melakukannya. Belum lagi dengan dibentuknya suatu ikrar kebersamaan dalam wadah
stuktur organisasi atau juga kepanitiaan, pasti akan semakin bertambah nilai
yang diperoleh oleh individu yang bersangkutan. Namun bagaimana dengan mereka
yang berkeinginan kuat untuk berkontribusi sedang tidak tergabung dalam suatu
ikatan organisassi atau kepanitiaan? Sudah dapat dipastikan gejolak dalam
jiwanya begitu dahsyat memberontak untuk turun ikut bekerja atau melakukan hal
yang sama seperti yang lainnya yang sudah tergabung.
Hendak melakukan yang sama, sebagaimana mereka yang sudah tergabung
sejak awal pembentukan adalah yang memenuhi benak pikirannya. Memaksakan dan
berupaya sedapat mungkin dirinya memaksakan melakukan hal yang sama.
Memanfaatkan setiap waktu dan kesempatan untuk mengisi setiap kekosongan dan
kekurangan anggota adalah satu diantara cara untuk membuktikan bahwa dirinya
mampu melakukan hal yang sama dengan yang lainnya. Dengan lain kata, sedetail
dan secermat mungkin dirinya mampu membaca dan menganalisa keadaan dimana waktu
yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat suatu pekerjaan yang ditangani namun
masih belum maksimal sehingga berupaya untuk memaksimalkannya dengan bergabung
dan masuk didalamnya.
Dengan begitu dirinya memperoleh kebutuhan gejolak dalam jiwanya,
hendak bergabung dan melakukan hal yang sama terwujud secara perlahan dan
semakin nyata bahwa dirinya seolah-olah bergabung dan memiliki peran dan posisi
yang sama bahkan bukan lagi seolah-olah namun kenyataannya memang memiliki
posisi dan peran yang sama. Bebas untuk melakukannya tanpa rasa minder yang
sering muncul sebelumnya dan begitu paham betul apa yang harus dilakukannya.
Hal tersebut disebabkan karena posisi dan perannya muncul pada saat dan waktu
serta kondisi yang tepat lagi sedang dibutuh-butuhkannya tenaga bantuan
tambahan. Tanpa mengurangi kinerja, tanpa memiliki ikatan sebelumnya dalam
organisasi atau kepanitiaan.
Selayaknya mereka yang telah bergabung dari awal, dapat melakukan
yang sama. Bermodalkan kenyataan yang nampak jelas bahwa bisa melakukan hal
yang sama sehingga mampu bergabung secara fair tanpa melakukan sesuatu hal yang
bersifat kurang baik atau melanggar, seperti menyingkirkan anggota lain yang
telah lama bergabung, suap atau dan yang lain sebaginya. Semuanya murni dengan
ulluran tangan kontribusi pada ketepatan dan kebutuhan posisi dan kondisi.
Ketulusan hati untuk melakukannya, dorongan yang kuat dalam merealisasikan niat
dalam hati serta kesempatan yang dapat terbaca dengan baik menjadi alat bantu
sebagai jembatan yang menopang sekaligus menghubungkan satu niatan dengan
pemenuhuan akan kebutuhan yang terkini dan saat itu juga diperlukannya.
Sehingga nampak jelas bagi
semua mata yang menyaksikan, status keanggotaan atau tergabungnya dalam suatu
ikatan adalah tidak menjadi modal utama dalam berkontribusi dan melakukan hal
yang dapat membantu. Jauh daripada semua itu, ketulusan niat, kemurnian hati
serta kebenaran bukti akan menjadi saksi tunggal bahwa asalkan mampu dan mau
maka disanalah segala bentuk dan upaya dalam perwujudannya akan sangat mudah.
by. Edi Haryadi