Kisah dan Wafatnya sang Habib Munzir, Pemimpin Majelis Rasulullah Terbesar di Indonesia

    Author: MMM SEBI Genre: »
    Rating


     Jemaah Dzikir Majelis Rasulullah tak pernah menduga pimpinannya Al Habib Munzir Fuad Al Musawa akan pergi selama-lamanya di usia yang masih muda yakni 40 tahun. Memang Habib Munzir sejak kecil mempunyai asma kronis. Namun, ada penyakit lain yang ternyata juga dialami Habib Munzir di tengah banyaknya aktivitas berdakwah.

    Kakak sulung Habib Munzir, Habib Nabil Fuad Al Musawa menceritakan, sepengetahuannya adiknya itu memang kerap sakit kepala dan itu sangat sakit. Pernah Habib Munzir pingsan akibat sakit yang tak tertahankan.

    "Setelah diperiksa dokter sakit di otaknya itu katanya nggak bisa disembuhkan. Istilah kedokterannya kerusakan di pembuluh darah otak kronis. Itu sudah diobati di RSCM dan di rumah sakit lain, tapi nggak bisa sembuh," kata Habib Nabil yang merupakan anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS.

    Rasa sakit di kepalanya itu, lanjut Habib Nabil, membuat adiknya itu terlihat seperti marah. Padahal, Habib Munzir merupakan pribadi halus dan penyabar.

    "Ketika kumat, nggak tahan dia nggak bisa kontrol," jelasnya saat dihubungi dan ditulis Rabu (18/9/2013). Selain sakit kepala, lanjut Habib Nabil, putra keempat dari 5 bersaudara itu juga pernah melakukan 3 kali operasi karena ada cairan di perutnya.

    "Dulu operasi 3 kali, berharap operasi bisa membuatnya kering, ternyata malah terus. Beliau putuskan tak mau lagi operasi," katanya.

    Setelah 3 kali operasi itu, Habib Munzir memutuskan pergi ke Yaman dan di sana ia didoakan.
    "Ternyata beliau sembuh. Kalau dilihat itu nggak masuk akal," ujarnya.

    Menurut Habib Nabil, hanya tiga penyakit tersebut yang diketahuinya. Apalagi Habib Munzir pribadi yang tak pernah mengeluh sehingga ia tak tahu banyak tentang penyakitnya. Ia mengatakan penyakit itu dialami Habib Munzir setelah banyak beban. Pekerjaannya itu melebihi kemampuan fisiknya.

    "Beliau mau berkorban untuk dakwah dan cita-citanya tinggi dan tingkat kesabarannya juga tinggi," ujarnya.
    Habib Munzir mengembuskan napas terakhir pada usia 40 tahun. Sang Habib dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta sekitar pukul 14.20 WIB setelah terjatuh dari kamar mandi. Namun ketika dibawa ke rumah sakit nyawanya sudah tidak tertolong.

    Sejarah Perjalanan Sang Habib

    Al Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa (lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973 – meninggal di Jakarta, 15 September 2013 pada umur 40 tahun) adalah pimpinan Majelis Rasulullah.

    Ia meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada hari Ahad 15 September 2013 pukul 15.30 WIB. Kabar duka tersebut disampaikan oleh kakaknya, Habib Nabil Almusawa melalui akun twitter pribadinya.

    Ia merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al-Musawa. Ayahnya bernama Fuad yang lahir di Palembang dan dibesarkan di Mekkah. Setelah lulus pendidikan jurnalistik di New York University, Amerika Serikat, ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang wartawan di harian ‘Berita Yudha’ yang lalu menjadi Berita buana. Masa kecilnya dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-saudaranya, Ramzi, Nabiel Al-Musawa, serta Lulu Musawa. Ayahnya meninggal dunia tahun 1996 dan dimakamkan di Cipanas, Jawa Barat.
    Setelah ia menyelesaikan sekolah menengah atas, ia mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bahasa arab di LPBA Assalafy Jakarta timur.

    Ia memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, yang di pimpin oleh habib naqib bin muhammad bin syehk abu bakar bin salim, beliau banyak menimba ilmu di ma’had al khairat dan di sinilah beliau kenal dengan habib umar bin hafidz yang kemudian diteruskan ke Ma’had Darul Musthafa di pesantren Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syech abubakar bin Salim di Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari’ah selama empat tahun.
    Di sana ia mendalami ilmu fiqh, ilmu tafsir Al Qur’an, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf, mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

    Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah-rumah, duduk dan bercengkerama dengan mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan. Atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, ia terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk.

    Majelis Rasulullah

    Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab ia berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

    Habib Munzir juga rutin melakukan takbir akbar di Istiqlal atau Senayan yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi negara Indonesia. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab.

    Tak jarang ia mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Ia bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 30.000 hadirin setiap malam selasa, Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, ia juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan Kemiri Cidodol Kebayoran.

    SBY Berderai Air Mata saat Mengingat Habib Munzir

    Ketika Habib Munzir al-Musawa pemimpin Majelis Dzikir Rasulullah meninggal, Presiden SBY yang datang bersama ibu negara Ani Yudhoyono memberikan perhatiannya, dan bahkan saat memberikan sambutannya, ia tak dapat menahan air matanya. Begitu dekat hubungan antara SBY dengan Munzir al-Musawa.

    Presiden SBY melayat ke rumah duka di Cikoko Barat 2, Komppleks Liga Mas, Pancoran,Jakarta Selatan, Senin, `16/9/2013. Linangan air mata tampak di kelopak, dan mata SBY memerah. Namun, SBY berusaha tegar. Presiden Republik Indonesia ini menyampaikan ucapan turut berduka atas kepergian seorang ulama pimpinan majelis zikir Majelis Rasulullah SAW.

    "Percayalah ada kebesaran dibalik ini semua, teruskan jejak apa yang dipesankan almarhum (Habib Munzir)," kata SBY di rumah duka Jalan Cikoko Barat 2, Kompleks Liga Mas Pancoran, Jakarta, Senin (16/9/2013).

    Di samping itu, presiden Republik Indonesia ini mengatakan, para jamaah harus yakin kalau majelis zikir Majelis Rasulullah SAW akan berlanjut sampai akhir zaman.

    "Ini memang berat, tapi percaya majelis ini harus terus berlanjut kedepan, memberi tauladan kepada rakyat Indonesia bahkan dunia," tandas dia.

    Ustadz Arifin Ilham : Habib Munzir dicintai Allah SWT

     Ustadz Arifin Ilham menyebut almarhum Habib Munzir Al Musawa sebagai ulama yang mencintai dan dicintai Allah SWT sehingga dipanggil lebih cepat.

    “Orang beriman itu tidak takut mati, merindukan mati, tetapi tidak mencari mati. Mati merupakan satu-satunya cara untuk berjumpa dengan Allah SWT,” kata Arifin Ilham ketika bertakziyah ke tempat habib di semayamkan, Senin (16/9)

    Jenazah pendiri Majelis Rasulullah Habib Munzir disemayamkan di Masjid Al Munawar Pancoran Jakarta Selatan dan akan dishalatkan waktu Zhuhur ini untuk kemudian dimakamkan di Pemakaman Rawa Jati, Kalibata.

    Arifin mengenang Habib Munzir sebagai orang yang selalu ingin mendatangi, bukan didatangi, saat bersilaturahim. “Beliau katakan jangan datang. Biar Habib yang datang ke rumah Arifin,” katanya.

    Arifin menceritakan satu kenangan tentang kemuliaan akhlaq beliau, yaitu ketika menjenguk Habib Munzir kala sedang dirawat di rumah sakit. Saat itu mereka bercanda hingga masuk waktu Zhuhur. “Arifin merasa tidak layak menjadi imam bagi Habib, namun Habib mendorong Arifin untuk menjadi imam,” tuturnya.

    Antar Almarhum Habib Munzir ke Pemakaman, Presiden PKS Membatalkan Kehadiran Pelantikan Walikota Bandung


    Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta turut berduka yang mendalam atas kepulangan Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, pemimpin Majelis Rasulullah.

    Menerima kabar wafatnya ulama besar ini, Anis memutuskan tidak merampungkan rencana kerja dalam lawatannya di Jawa Barat.

    Presiden PKS berada di Bandung sejak hari Ahad (15/9/2013) dan berencana, antara lain, menghadiri  pelantikan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung dan Oded M. Danial selaku Wakil Walikota Bandung pada Senin siang (16/9/2013).

    Anis membatalkan rencana menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kota Bandung yang khusus diagendakan untuk pelantikan dan pengambilan sumpah Walikota dan Wakil Walikota Bandung periode 2013-2018.

    Anis Matta beserta beberapa pimpinan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS yang menyertai kunjungannya segera menuju Jakarta. Selanjutnya, Anis dan rombongan turut menghadiri pemakaman almarhum Habib Munzir di kompleks Habib Kuncung, Kalibata, Jakarta Selatan.

    "Beliau (Anis Matta) sangat kehilangan atas kepulangan Habib Munzir. Almarhum Habib Munzir merupakan salah seorang ulama besar dihormati dan diseganinya," ujar Ahmad Sahal, asisten Anis Matta, kepada wartawan yang menanyakan pembatalan Presiden PKS menghadiri pelantikan Ridwan-Oded.

    Ridwan-Oded maju dalam ajang Pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Pilwalkot) Bandung diusung oleh PKS. Oded sendiri adalah kader PKS.

    Sahal menambahkan, "Pak Anis telah mengenal lama almarhum Habib Munzir. Mantan Wakil Ketua DPR itu, kata Sahal lagi, menimba ilmu yang tak terhingga dari sosok pemimpin majelis zikir terbesar di Indonesia itu.

    Sumber : Islamedia, voaislam, arrahmah, liputan6
    Editor: Prince Dakwah

    Leave a Reply

    Jam

    Category

    Kalender Hijriah


    Jumlah Pengunjung