Oleh karenanya beribadah pada sepuluh hari pertama dibulan Dzul Hijjah sangat dianjurkan sebagaimana sabda Rasulullah shallawahu alaihi wasallam :
عن ابن عباس – رضي الله عنهما- قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر )) ، فقالوا : يا رسول الله ! ولا الجهاد في سبيل الله ؟ . فقال رسول صلى الله عليه وسلم : (( و لا الجهاد في سبيل الله ، إلا رجل خرج بنفسه وماله ، فلم يرجع من ذلك بشيء ))
H.R. Imam Bukhari (2/382-383-Fath ) Abu Dawud (2438) dan Turmudzi (1/145)
Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah :
Dan termasuk ibadah yang disyariatkan dalam sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah adalah puasa sebagaimana sabda Rasulullah shallawahu alaihi wasallam :
عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Hukumnya sunah sebagaimana dikatakan Imam Nawawi : ( dia sangat mustahab ) [ Syarh Shahih Muslim (8/102)].
Dan ini merupakan pendapat Jumhur Ulama tanpa diperselisihkan dan mereka sepakat atas keutamaannya [Hasyiah Arraudhul Murabba (3/452)].
Adapun yang diriwayatkan dalam hadits Aisyah radhiallahu anha :
عن عائشة رضي الله عنها قالت : (( ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صائماً في العشر قط ))
Hadits diatas tidak menunjukkan makruhnya puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah.
Imam Nawawi rahimahullah berkata : (Barangkali maksud perkataan Aisyah radhiallahu anha : Beliau shallawahu alaihi wasallam tidak pernah berpuasa pada sepuluh hari tersebut, yaitu tidak pernah berpuasa karena sakit atau safar atau yang lainnya, atau bahwa Aisyah tidak melihat Beliau berpusa, dan itu tidak mesti bermakna beliau tidak berpuasa sama sekali) [ Syarah Shahih Muslim (4/209)]
Puasa Hari Arafah :
Dan lebih ditekankan lagi adalah puasa hari kesembilan bulan Dzul Hijjah yaitu hari Arafah bagi yang tidak melaksanakan haji sebagaimana dalam hadits :
عن أبي قتادة – رضي الله عنه - : أن رجلاً أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : كيف تصوم ؟ فغضب رسول الله صلى الله عليه وسلم .... ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( ثلاث من كل شهر ، ورمضان إلى رمضان ، فهذا صيام الدهر كله ، صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله ، والسنة التي بعده ، وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفِّر السنة التي قبله))
HR Muslim (6/55 no: 1976)Sunan Turmudzi (3/210 no: 680).
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir radhiallahu anhu :
عن عقبة بن عامر – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( يوم عرفة ، ويوم النحر ، وأيام التشريق ، عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب ))[17] .
Abu Dawud (2419) dan Turmudzi (1/148) dan beliau berkata : Hadits Hasan Shahih,dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Irwaul Gholil (4/130-131).
Telah berkata penulis Tuhfatul Ahwadzi : ( dalam hadits tersebut ada dalil bahwa hari Arafah dan Tasyrik merupakan hari-hari raya sebagaimana hari kurban hari raya, dan semua hari yang lima ini hari makan dan minum) (2/316 no: 704)
Hadits diatas tidak menunjukkan larangan berpuasa pada hari Arafah berdasarkan hadits keutamaan puasa Arafah dalam haditsnya Abu Qatadah diatas.
Puasa Hari Arafah bagi jamaah haji :
Adapun puasa Arafah bagi jamaah haji maka ulama berbeda pendapat : diriwayatkan dari Utsman bin Abi Ash dan Ibnu Zubair bahwa keduanya berpuasa, dan Imam Ahmad berkata : jika mampu, maka berpuasa, dan jika berbuka maka itu adalah hari yang memerlukan kekuatan. Dan Ishaq menganggap mustahab puasa bagi jamaah haji. Dan Atha mengatakan : aku berpuasa dimusim dingin dan tidak berpuasa dimusim panas. Dan Malik dan Sufyan Attsauri memilih berbuka bagi jamaah haji demikian juga Syafiie.
Dan Yahya bin Said Al Anshari berkata : wajib untuk berbuka bagi jamaah haji pada hari itu.
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiallahu anhu :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : { نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ } .رَوَاهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ ) .
Namun hadits diatas lemah, karena dalam sanadnya ada Mahdi Al Hajari tidak dikenal, sebagaimana dikatakan Hafidz Ibnu Hajar dalam Talkhisul Habir (6/649)demikian juga diriwayatkan oleh Al Uqaili dalam kitab Adhuafa (para perawi lemah) (106).
Dan dilemahkan juga oleh Ibnu Qayyim dalam Zaadul Maadz (1/16 dan 237) dan Syaikh Albani dalam Tamamul Minnah (410).
Namun yang paling afdhol adalah berbuka pada hari ini bagi jamaah haji sebagaimana perbuatan Nabi shallawahu alaihi wasallam yang disebutkan dalam hadits :
عن ميمونة- رضي الله عنها-:(( أن الناس شكوا في صيام النبي صلى الله عليه وسلم يوم عرفة ،فأرسلتُ إليه بحلاب وهو واقف في الموقف ،فشرب منه والناس ينظرون )) متفق عليه
Muttafaqun alaihi. HR Bukhari (4/237 no :1989) dan Muslim (2/791 no: 1124).
Imam Syaukani berkata dalam Nailul Authar : (hadits Abu Qatadah yang marfu yang diriwayatkan Jamaah kecuali Bukhari dan Turmudzi secara dhahirnya menunjukkan sunahnya puasa Arafah secara mutlak, sedang hadits Uqbah bin Amir diatas secara dhahirnya menunjukkan makruhnya puasa Arafah secara mutlak, … maka untuk menyatukan hadits-hadits ini bahwa puasa hari Arafah mustahab bagi setiap orang makruh bagi yang haji di Arafah. Dan hikmahnya barangkali puasa dapat menyebabkan lemah sehingga tidak dapat banyak berdoa dan berdzikir pada hari Arafah disana dan melaksanakan manasik haji. Katanya hikmah lainnya adalah karena hari itu adalah hari raya bagi yang wukuf disana karena mereka berkumpul disana).
[ Nailul Authar 7/136].
Kesimpulan :
1- Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah hukumnya sunah.
2- Puasa Hari Arafah hukumnya sunah bagi yang tidak berhaji.
3- Adapun yang berhaji maka boleh berpuasa jika mampu, kalau dapat mengakibatkan lemah sehingga tidak dapat bersungguh-sungguh dalam berdoa, berdzikir, serta melaksanakan manasik haji di Arafah maka hukumnya makruh.
Wallahu Alam Bishowab
Sumber: VOA-Islam
Editor: Prince Dakwah