Korban Banjir di Gaza Palestina |
Badan Pekerja PBB untuk kamp pengungsian Palestina (UNRWA) mengatakan, sejumlah wilayah di Gaza utara merupakan daerah bencana. "Sejauh mata memandang hanya terlihat air," ungkap UNRWA.
Hujan deras selama empat hari menyulitkan akses ke rumah-rumah penduduk di wilayah tersebut. Ketinggian air yang mencapai dua meter, membuat pemukiman warga hanya bisa diakses oleh perahu dayung.
Akibatnya, banyak orang yang terjebak di dalam rumah-rumah mereka yang terendam banjir. Bahkan banjir menewaskan seorang pria Palestina berusia 22 tahun. Pria tersebut tewas akibat menghirup asap, saat menyalakan api untuk penghangat rumahnya.
Chris Gunness, juru bicara UNRWA mengatakan, daerah di dekat kamp pengungsi di Gaza utara telah berubah menjadi sebuah 'danau besar'. Menurutnya, kini ribuan agen UNRWA tengah mengevakuasi warga ke tempat penampungan PBB.
Sementara itu, Pemerintah Hamas di Gaza mengatakan, sebanyak 5.246 warga telah dievakuasi ke sejumlah tempat. Mulai dari sekolah-sekolah hingga sejumlah tempat lain untuk penampungan sementara dalam empat hari terakhir.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, 100 orang warga dinyatakan mengalami luka-luka akibat banjir yang merusak rumah mereka di kawasan pesisir. Diantara mereka yang terluka diakibatkan terkena benda jatuh dari bangunan yang terkena banjir atau mengalami kecelakaan mobil.
Menurut Halawa, salah seorang penduduk di wilayah tersebut, waduk mulai meluap pada Rabu malam. Pada hari Kamis (12/12), air telah membanjiri lantai dasar rumahnya yang terdiri dari dua lantai. Ia dan keluarga besarnya pun memutuskan tinggal di lantai dua rumahnya.
Ia bersama keluarga kemudian meminta bantuan dan dievakuasi dengan perahu dari lantai atas. Halawa mengatakan, mereka kemudian dibawa ke tempat penampungan sementara di sebuah sekolah di lingkungan tersebut.
Israel Sebabkan Banjir di Gaza
Banjir yang menyebabkan 7.000 keluarga di Jalur Gaza harus mengungsi tidak hanya karena hujan lebat dan badai salju selama empat hari sejak 12 Desember 2013. Akan tetapi, tindakan ‘Israel’ membuka bendungan yang mengarah ke Gaza adalah salah satu penyebab utama banjir.
Sumber lokal menjelaskan bahwa ketika ketinggian air di jalan-jalan Gaza mencapai dua setengah meter, ‘Israel’ membuka pintu selatan bendungan. Air bendungan pun meluap dan membanjiri Jalur Gaza dan terowongan yang dibangun rakyat Palestina untuk distribusi bahan pokok.
Dibukanya pintu bendungan untuk membanjiri Jalur Gaza beberapa hari lalu bukanlah pertama kali dilakukan oleh ‘Israel’. Pada Januari 2007 dan Januari 2010, ‘Israel’ juga membanjiri Jalur Gaza dengan membuka pintu bendungan. Pada tahun 2007, ‘Israel’ bahkan mengebom jembatan di lembah Gaza, sehingga saat pintu bendungan dibuka, Gaza benar-benar terpisah menjadi dua bagian.
Menurut jurubicara UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), Chris Gunnes, bencana di Gaza ini tidak sepenuhnya merupakan fenomena alam, “Bencana di Gaza ini merupakan kombinasi dari kondisi alam dan ulah manusia. Sebelum hujan, limbah telah membanjiri jalan-jalan di Gaza, pompa yang ada tidak dapat berfungsi karena krisis listrik dan bahan bakar. Kita pun tahu siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut.”
“Gaza sebenaranya tidak terlalu membutuhkan bantuan jika mereka dapat melakukan ekspor-impor. Jika Gaza diizinkan untuk berdagang dengan dunia luar, mereka akan bertransformasi. Karena yang sungguh dibutuhkan bukan bantuan jangka pendek, melainkan solusi jangka panjang,” tutur Gunnes dalam wawancaranya.
“Tanpa tindakan drastis, kehidupan di Gaza akan sangat memburuk bahkan dibanding saat ini. Tidak akan ada air yang dapat diminum, standar kesehatan dan pendidikan memburuk, bahkan listrik pun mungkin tidak akan ada lagi,” Gunnes mengutip laporan UNRWA yang berjudul “Prediksi Gaza 2020”
Sumber : Republika dan Sahabat Al Aqsha
Red : Heart